Selepas itu dengan muka dan tubuh yang babak-belur ia kembali kepada sahabat. Kata mereka: “Inilah yang kami khuatir terhadap dirimu.” Ujar Ibnu Mas’ud: “Sekarang ini tidak ada lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh Allah itu! Dan seandainya tuan menghendaki, saya mendatangi mereka lagi dan berbuat hal sama esok hari.” Ujar mereka: Cukuplah demikian! Kamu membacakan kepada mereka barang yang menjadi pantang bagi mereka.

Benar, pada saat Ibnu Mas’ud tercengang melihat susu kambing tiba berair sebelum waktunya, belum menyedari ia bersama kawan senasib daripada golongan miskin tidak berpunya, akan menjadi satu mukjizat besar daripada Rasulullah, yakni ketika mereka bangkit membawa panji Allah dan menguasai dengannya cahaya siang dan sinar matahari. Tidak diketahuinya saat itu dekat. Kiranya secepat itu hari datang dan loceng waktu berdentang, anak remaja buruh miskin dan teronta-ronta serta-merta menjadi mukjizat antara berbagai mukjizat Rasulullah.

Dalam soal harta, ia tidak punya apa-apa, mengenai perawakan ia kecil dan kurus, apalagi dalam soal pengaruh, maka darjatnya jauh di bawah. Tapi sebagai ganti kemiskinannya itu, Islam memberinya bahagian melimpah dan perolehan cukup daripada perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar.

Sebagai imbuhannya dari tubuh kurus dan jasmani lemah, dianugerah-Nya kemahuan kuat yang dapat menundukkan musuh dan ikut mengambil bahagian dalam merubah jalan sejarah. Untuk mengimbangi nasibnya yang tersia teronta-ronta Islam melimpah ilmu pengetahuan, kemuliaan serta ketetapan yang menampilkannya sebagai seorang tokoh terkemuka dalam sejarah kemanusiaan.

Sungguh, tidak meleset kiranya pandangan jauh Rasulullah SAW ketika beliau mengatakan kepadanya: “Kamu menjadi seorang pemuda terpelajar.” Ia diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi faqih atau ahli hukum umat Muhammad dan tulang punggung huffadh Al-Quranul Karim.

Allah memberinya anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa dalam berkemundang al-Quran secara terang-terangan dan menyebar luaskan di segenap pelosok Kota Makkah di saat siksaan dan penindasan merajalela, maka dianugerahi-Nya bakat istimewa dalam membawakan bacaan al-Quran dan kemampuan luar biasa dalam memahami erti dan maksudnya.

Rasulullah memberi wasiat kepada sahabat supaya mengambil Ibnu Mas’ud sebagai teladan, sabdanya: “Berpegang teguhlah kepada ilmu yang diberikan ibnu Ummi ‘Abdin.” Diwasiatkan pula agar mencontohi bacaannya, dan mempelajari cara membaca Al-Quran daripadanya. Sabda Nabi SAW:

Keistimewaan Ibnu Mas’ud ini diakui oleh sahabat. Amirul Mukminin Umar berkata mengenai dirinya: “Sungguh ilmunya tentang fiqih berlimpah-limpah.”

Dan bukan hanya keunggulannya dalam al-Quran dan ilmu fikah saja patut beroleh pujian, tetapi juga keunggulannya dalam keolehan dan ketakwaan. Berkata Hudzaifah tentang dirinya: “Tidak seorang pun saya lihat yang lebih mirip kepada Rasulullah SAW baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya daripada Ibnu Mas’ud. Dan orang dikenal daripada sahabat Rasulullah sama mengetahui putera daripada Ummi Abdin adalah paling dekat kepada Allah.”

Suatu ketika sahabat memperkatakan peribadi Abdullah bin Mas’ud, kata mereka: Sungguh, sementara kita terhalang, ia diberi restu dan sementara kita berpergian, ia menyaksikan (tingkah laku Rasulullah SAW).”