Andainya ketika itu keraguan dapat menggoyahkan kepercayaan seseorang tentang kebenaran Rasulullah dan kebesaran jiwanya, tetapi ia takkan menemukan jalan untuk mempengaruhi dan memperdayakan Hamzah.

Ia kenal Muhammad SAW sebagaimana ia kenal akan dirinya, bahkan lebih daripada itu lagi. Sejak mereka lahir, menjadi remaja dan sama-sama dewasa, lembaran kehidupan Muhammad SAW terbuka di hadapan matanya suci bersih laksana sinar mata air, tidak satu cacat pun dilihatnya pada lembaran itu.....! Tidak sekali pun dilihatnya ia marah, kecewa atau putus asa, apalagi menampakkan ketamakan dan keserakahan, berolok-olok atau berbuat hal yang sia-sia.

Hamzah bukan saja seorang yang menikmati kekuatan jasmaniah, tetapi ia dikurnia pula kekuatan kemahuan dan ketajaman akal fikiran. Dari itu tidak wajar bila ia ketinggalan dan tidak ingin mengikuti orang yang diketahuinya betul-betul jujur.



Dan hari yang ditunggu-tunggu itu pun datanglah. Hamzah keluar dari rumahnya menjinjing busur dan menuju langkah ke arah padang pasir melakukan olahraga yang amat disukainya iaitu berburu. Ia amat mahir dalam hal ini.

Ada kira-kira setengah hari ia menghabiskan waktunya di sana, dan ketika kembali dari perburuan ia langsung pergi ke Kaabah untuk tawaf seperti biasa sebelum pulang ke rumahnya.

Setibanya dekat Kaabah ia ditemui seorang pelayan wanita Abdullah bin Jud’an. Apabila dilihatnya Hamzah semakin hampir, berkatalah pelayan itu kepadanya:

“Wahai Abu Umarah, seandainya anda melihat apa yang dialami saudara anda Muhammad SAW baru-baru ini. Abul Hakam bin Hisyam, ketika mendapatkan Muhammad SAW sedang duduk di sana, disakiti dan dimakinya, hingga mengalami hal yang tidak diinginkan.” Lalu dilanjutkannya cerita mengenai perlakuan Abu Jahal kepada Rasulullah.

Hamzah mendengar perkataannya dengan baik, kemudian ia menundukkan kepalanya sejenak, lalu membawa busur panahnya dan menyandang ke bahunya. Selepas itu dengan langkah cepat tetapi tegap ia menuju Kaabah dan berharap akan bertemu dengan Abu Jahal di sana. Jika tidak ditemuinya, maka pencarian akan dilakukannya juga sampai berhasil.

Tetapi belum lagi sampai di Kaabah, kelihatan olehnya Abu Jahal di pekarangan sedang dikelilingi beberapa pembesar Quraisy. Maka Hamzah maju mendapatkan Abu Jahal lalu melepaskan busur dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal hingga luka dan berdarah. Hamzah pun membentuk Abu Jahal, katanya:

“Kenapa kamu cela dan kamu maki Muhammad SAW, padahal aku menganut agamanya dan mengatakan apa yang dikatakannya? Nah, cubalah ulangi kembali kepadaku jika kamu berani!”

Kemudian orang yang berada di sana lupa akan penghinaan yang baru menimpa pemimpin mereka dan darah yang mengalir dari kepalanya, terpesona dengan kata-kata Hamzah yang tidak ubah seperti halilintar pada siang hari....., iaitu kata-kata yang diucapkannya untuk menyatakan bahawa ia menganut agama Muhammad SAW, mengakui apa yang diakuinya dan mengatakan apa dikatakannya.



KeIslaman Hamzah akan menarik perhatian tokoh pilihan untuk sama-sama memasuki agama itu, hingga Muhammad SAW akan beroleh tenaga dan kekuatan yang akan membela dakwah dan memperkukuh barisannya, dan di suatu saat nanti orang Quraisy bangun dan sedarkan diri, kerana mendengar bunyi linggis dan tembilang yang menghancur-leburkan berhala dan tuhan mereka.

Memang tidak salah! Hamzah masuk Islam, dan di hadapan umum dinyatakan dan ditinggalkannya orang banyak itu merenungi kekecewaan dan kegagalan harapan mereka, dan dibiarkan Abu Jahal menjilat darah yang menitis dari kepalanya yang luka. Hamzah kembali mengangkat busur dengan tangan kanannya, dan menggantungkan di bahu, lalu dengan langkah yang tegap dan hati yang pekat pergi pulang ke rumahnya.

Hamzah adalah seorang yang berfikiran cerdas dan berpendirian keras. Ketika ia telah pulang ke rumahnya dan hilang rasa lelahnya duduklah ia, dan membawa dirinya berfikir serta merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya.